Ketua DPRD Sumbar Supardi Bersama Dinas Kebudayaan, Kenalkan Situs Menhir Budaya Peradaban Di Sumbar Gelar Festival Maek.

Nature



Ketua DPRD Sumbar Supardi Bersama Dinas Kebudayaan, Kenalkan Situs Menhir Budaya Peradaban Di Sumbar Gelar Festival Maek.

Kamis, 11 Juli 2024, Juli 11, 2024


Faktaliputan.com - Padang - Situs budaya khususnya Menhir di Nagari Maek, Kabupaten Lima puluh Kota, telah ada sejak ribuan tahun lalu. Banyak penelitian sudah dilakukan berbagai Arkeolog, meski belum terpublis secara detail, karena itu Situs Menhir di Maek masih kurang menarik bagi wisatawan.

Berangkat dari berbagai masalah yang melingkupi Situs Maek ini, Ketua DPRD Sumbar Supardi berusaha membangkitkan Situs Maek dengan menggelontorkan anggaran pokirnya untuk menggelar Maek dengan menggandeng Dinas Kebudayaan Sumbar.

“Kegiatan Festival.Maek merupakan mimpi yang tertunda, karena sudah sejak lama direncanakan. Meski begitu, sudah berbagai kegiatan pembenahan infrastruktur menhir di Maek terus dilakukan secara bertahap,” ungkap Ketua DPRD Sumbar, Supardi dalam konferensi pers dalam Sosialisasi Festival Maek, di Ruang Khususnya 1 DPRD Sumbar, Pada hari Selasa (09/07/2024).

“Memang dan kita akui, saat ini situs Maek, masih kurang menarik bagi orang. Padahal, banyak misteri tersimpan di Maek yang harus diungkap. Dan ini sangat penting bagi perkembangan peradaban ke depan,” tambah Supardi yang didampingi Kadis Kebudayaan Sumbar, Jefrinal Arifin, Ketua Festival Maek Donny Eros Djarot dan Kabag Persidangan dan Perundang-undangan DPRD Sumbar, Zardi Syahrir.

Sebenarnya, lanjut Supardi cerita Mek sudah sangat lama diapresiasi pihak luar, meski bagi pemerintah Indonesia jadi kurang perhatian. UNESCO saja melihat Situs Maek sangat menarik untuk diungkap, termasuk usia tengkorak yang ada di Maek.

“Karena itu, kita bertekad. Persoalan Maek ini mesti di follow up, termasuk melibatkan. UNESCO dan BRIN, Penelitian harus dilakukan, sejak usia berapa tengkorak itu ada, termasuk dari DNA tengkorak tersebut. 

Semoga dalam waktu dekat, bisa hasilnya keluar. Namun dari data yang ada, peradaban di Maek itu telah ada sejak 4000 tahun sebelum Masehi,” ungkap Supardi dalam acara yang dipandu oleh kurator, S.Metron Masdison.

Dari penelitian UNP di Maek, terang Supardi, ditemukan perahu besar. Karena itu, ada kesimpulan dulunya di Maek itu bukanlah sungai, tapi merupakan sebuah pulau dari lautan.

“Dari pertemuan kita dengan BRIN, ternyata pada 2005 sudah dilakukan eskavasi di Maek dan Guguk, ditemukan 3 tengkorak yang ternyata dari penelitian sudah ada sejak abad pertama sebelum Masehi. Makam yang ada di Guguak itu menghadap ke kiblat dan punya liang lahat,” ucap Supardi.

Inilah yang harus dikejar, lanjut Supardi. Ada peradaban besar di Maek. Dan ini akan menjadi bom waktu bagi arkeolog ke depan. Dan ini juga akan menjadi potensi besar pariwisata.

“Karena itu, kalau Sumbar harus bangkit pariwisatanya, maka budayanya yang harus Diangkat. Sama.dengan Jogyakarta dan Bali dimana mereka tidak lagi menjual lautnya, tapi budayanya. Dan Maek peluang besar memperkenalkan Sumbar di pentas dunia,” terang Supardi.

Festival Maek akan membuka cakrawala semua pihak, termasuk pemerintah Daerah dan pusat, terhadap potensi besar yang ada di Maek. Bahkan beberapa pakar arkeolog sudah menyatakan kesediaan hadir di Festival Maek.

“Festival Maek juga sekaligus jadi momentum bangkit dan memperkenalkan wisata budaya Sumbar di pentas dunia di” tegas Supardi.

Sebelumnya, Jefrinal Arifin Kepala Dinas Kebudayaan di Provinsi Sumatera Barat menyampaikan bahwa Festival Maek yang digelar dari anggaran pokir Ketua DPRD Sumbar Supardi, akan berlangsung 17-20 Juli 2024. Sebelumnya, pada 14-17 Juli 2024, merupakan prafestival dan workshop kekaryaan.

“Pra festival digelar Workshop Kekaryaan, yakni kolaborasi dengan peserta anak-anak Maek yang dibimbing Direktur Festival, Donny Eros Djarot, termasuk komposer dari Jerman dan Indonesia,” ucap Jefrinal.

Rangkaian Festival Maek ini, lanjut Jefrinal, juga ada Residensi 4 seniman yaitu Iyut Fitra.yang akan mbacakan puisi, Yudilfan Habib, Widdy Asriantor dan Satri koa Putra untuk sketsa-Sketsa.

“Juga ada lomba feature, lomba foto essay untuk semua fotografer. Materi karya foto yang dilombakan, merupakan foto yang diambil selama helat Festival Maek. Juga lomba video selama kegiatan festival Maek,” ujar Jefrinal.

Selain Pameran yang digelar pada 14-17 Juli yang bekerjasama dengan Balai Pelestarian Budaya, juga ada diskusi pada 13-16 Juli di Cafe Agamjua Payakumbuh. Diskusi dengan berbagai topik akan menghadirkan pembicara dari Jepang, Mesir dan Indonesia.

“Fstival juga menampilkan pertunjukan termasuk kolaborasi anak-anak Maek yang telah dilatih sebelumnya, Juga diskusi terkait seniman residensi serta potensi pengembangan wisata di Maek.

Umpan balik dari festival ini, sebagai masukan untuk Maek untuk pengembangannya ke depan, khususnya pariwisata budaya,” ungkap Jefrinal.

Dalam kegiatan sosialisasi ini turut dihadiri sejumlah pemimpin redaksi, media cetak, online serta televisi di Sumbar.
(MT)

TerPopuler